Siapa yang Akan Menguasai E-Commerce Dunia? Walmart atau Amazon?

(Business Lounge Journal – Essay on Global)

Selama bertahun-tahun, Amazon dianggap sebagai raja tak terbantahkan dalam dunia e-commerce, dengan jaringan logistik yang canggih dan layanan pengiriman cepat yang sulit disaingi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Walmart mulai bangkit sebagai ancaman terbesar bagi dominasi Amazon, berkat pendekatan uniknya yang memanfaatkan ribuan toko fisiknya di seluruh dunia dan ekspansinya yang agresif ke pasar internasional. Kini, Walmart tidak lagi sekadar pengecer konvensional, melainkan kekuatan global dalam industri belanja online yang mampu memberikan layanan cepat dan efisien di berbagai belahan dunia.

Salah satu faktor utama yang mendorong kesuksesan Walmart dalam menghadapi Amazon adalah strategi pengiriman hari yang sama. Pada tahun lalu saja, Walmart berhasil mengirimkan lima miliar barang pada hari yang sama saat barang tersebut dipesan—dua kali lipat dibandingkan tahun 2023. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa, menunjukkan bahwa Walmart semakin mendekati level efisiensi yang sebelumnya hanya bisa dicapai oleh Amazon. Dengan semakin banyaknya pelanggan yang menginginkan kemudahan dan kecepatan dalam belanja online, Walmart telah membangun ekosistem yang mampu memenuhi ekspektasi ini, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di berbagai negara.

Keunggulan utama Walmart terletak pada jaringannya yang luas. Dengan lebih dari 4.700 toko di seluruh Amerika Serikat dan ribuan lainnya di berbagai negara seperti Meksiko, Kanada, Inggris, India, dan China, Walmart memiliki keunggulan logistik yang unik. Berbeda dengan Amazon yang sangat bergantung pada gudang besar dan jaringan distribusi kompleks, Walmart dapat mengubah tokonya menjadi pusat distribusi mini yang siap mengirimkan barang dengan cepat. Model ini memungkinkan Walmart untuk menjangkau 93% rumah tangga di Amerika Serikat dengan pengiriman hari yang sama, serta memperluas cakupan globalnya di wilayah-wilayah strategis seperti Asia, Eropa, dan Amerika Latin.

Selain itu, Walmart telah membangun jaringan pengemudi lepas bernama Spark Delivery yang memungkinkan mereka memperluas layanan pengiriman dengan fleksibilitas tinggi. Model ini mirip dengan strategi Amazon Flex, namun dengan keuntungan lebih besar bagi Walmart karena pengemudi dapat mengambil barang langsung dari toko terdekat, mengurangi waktu tempuh dan biaya pengiriman. Dengan sistem ini, Walmart bisa lebih gesit dalam memenuhi pesanan dibandingkan Amazon yang masih sangat bergantung pada pusat pemenuhan besar. Teknologi ini juga memungkinkan Walmart untuk memanfaatkan data pelanggan guna mengoptimalkan rute pengiriman dan meningkatkan efisiensi operasional di berbagai negara.

Namun, keunggulan Walmart tidak hanya terletak pada kecepatan pengiriman. Strategi harga rendah yang telah menjadi ciri khas Walmart selama bertahun-tahun juga menjadi daya tarik utama bagi pelanggan. Dengan menawarkan harga lebih murah untuk kebutuhan sehari-hari, Walmart berhasil menarik lebih banyak pelanggan dari berbagai segmen ekonomi, termasuk pelanggan kelas menengah ke atas yang biasanya lebih condong berbelanja di Amazon. Selain itu, Walmart juga mulai menjajaki pasar produk premium, menawarkan berbagai barang berkualitas tinggi untuk menarik segmen pelanggan yang lebih luas. Dengan semakin banyaknya pilihan produk, Walmart kini menjadi lebih dari sekadar toko diskon, melainkan destinasi belanja online global yang mampu bersaing dengan Amazon dalam berbagai kategori.

Dalam beberapa tahun terakhir, Walmart telah secara agresif memperluas bisnis e-commerce-nya dengan berbagai inovasi, termasuk investasi dalam teknologi kecerdasan buatan dan otomatisasi gudang. Perusahaan ini juga mengembangkan sistem rekomendasi berbasis data untuk meningkatkan pengalaman belanja online, sebuah pendekatan yang telah lama menjadi keunggulan Amazon. Dengan semakin berkembangnya teknologi, Walmart semakin mendekati tingkat efisiensi yang sebelumnya hanya dapat dicapai oleh Amazon. Walmart juga terus meningkatkan infrastruktur digitalnya, termasuk pengembangan aplikasi seluler yang lebih intuitif serta pengalaman omnichannel yang memungkinkan pelanggan berbelanja dengan mulus di toko fisik maupun online.

Ekspansi Walmart ke pasar internasional juga menjadi faktor penting dalam pertarungan globalnya dengan Amazon. Di India, Walmart telah mengakuisisi Flipkart, platform e-commerce terbesar di negara tersebut, untuk memperkuat posisinya di pasar Asia yang berkembang pesat. Di China, Walmart bermitra dengan JD.com untuk bersaing dengan Alibaba dan Amazon dalam ranah e-commerce lokal. Sementara itu, di Amerika Latin, Walmart terus memperluas operasinya dengan membangun pusat distribusi dan memperkenalkan layanan digital baru untuk menarik lebih banyak pelanggan. Keberhasilan Walmart dalam menyesuaikan strategi bisnisnya dengan karakteristik pasar lokal telah memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan.

Selain itu, Walmart telah menjalin kemitraan dengan berbagai penyedia layanan keuangan digital untuk memperluas opsi pembayaran bagi pelanggan di berbagai negara. Dengan menargetkan segmen yang kurang terlayani oleh layanan perbankan tradisional, Walmart dapat menarik lebih banyak pelanggan ke platform e-commerce mereka. Langkah ini menunjukkan bahwa Walmart tidak hanya berfokus pada ekspansi fisik tetapi juga pada penguatan ekosistem digital yang dapat menyaingi Amazon dalam jangka panjang.

Dalam upayanya untuk semakin meningkatkan daya saingnya, Walmart juga berinvestasi dalam solusi teknologi inovatif seperti kecerdasan buatan untuk mempercepat pemrosesan pesanan dan meningkatkan pengalaman pelanggan. Perusahaan ini menggunakan teknologi machine learning untuk memprediksi permintaan produk berdasarkan data historis, sehingga dapat mengoptimalkan stok barang di setiap toko dan gudang. Langkah ini memungkinkan Walmart untuk menghindari kekurangan stok serta mengurangi biaya penyimpanan yang tidak perlu.

Selain itu, Walmart juga memperkuat strategi pemasaran digitalnya dengan memanfaatkan media sosial dan kampanye iklan yang dipersonalisasi untuk menarik lebih banyak pelanggan. Dengan menggunakan data pelanggan, Walmart dapat menargetkan iklan berdasarkan kebiasaan belanja dan preferensi individu, sehingga meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran mereka. Strategi ini telah membantu Walmart memperluas basis pelanggannya dan meningkatkan loyalitas merek di tengah persaingan ketat dengan Amazon.

Meskipun Walmart telah mencatatkan berbagai keberhasilan dalam menantang Amazon, persaingan ini masih jauh dari selesai. Amazon tetap menjadi raksasa e-commerce dengan dominasi kuat dalam berbagai kategori produk dan ekosistem layanan yang sangat terintegrasi, termasuk Prime, Alexa, dan AWS yang mendukung operasionalnya. Namun, dengan strategi agresifnya, Walmart telah membuktikan bahwa mereka bukan hanya pengecer tradisional, melainkan pemain utama yang siap mengguncang dominasi Amazon. Dengan terus mengembangkan strategi digital dan logistiknya, Walmart dapat semakin mendekati atau bahkan melampaui Amazon dalam beberapa aspek layanan e-commerce.

Seiring dengan berkembangnya industri e-commerce, persaingan antara Walmart dan Amazon akan terus menjadi tontonan menarik, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di tingkat global. Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan ini? Hanya waktu yang bisa menjawab, tetapi satu hal yang pasti—pelanggan akan menjadi pihak yang paling diuntungkan dari perang inovasi dan efisiensi ini. Dengan meningkatnya persaingan, pelanggan dapat menikmati harga yang lebih kompetitif, layanan yang lebih cepat, serta pengalaman belanja yang semakin nyaman dan efisien. Perang antara dua raksasa ritel ini tidak hanya mengubah lanskap industri tetapi juga mengubah cara masyarakat berbelanja di seluruh dunia.