(Business Lounge – News & Insight) Hari Selasa (19/11) direncanakan akan diadakan voting berkaitan dengan resolusi yang diajukan Jepang dan Uni Eropa yang menyerukan penyelidikan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Korea Utara. (Baca: Uni Eropa dan Jepang Laporkan Korut ke PBB). Korea Utara pun memutuskan untuk meminta dukungan dari negara-negara sahabatnya untuk menangkis resolusi PBB yang menyerukan penyelidikan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. (Baca: Korut Kirimkan Utusannya ke Rusia).
Kunjungan Untuk Meminta Dukungan Rusia
Senin (17/11), seorang utusan khusus pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tiba di Moskow untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin. Choe Ryong-hae, yang memegang pangkat wakil panglima dan merupakan mantan direktur biro politik tentara Korea Utara, direncanakan untuk bertemu Putin pada hari Selasa (18/11) dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Kamis (20/11). Kunjungan yang akan berlangsung selama 8 hari dilakukan di tengah-tengah terjadinya peningkatan isolasi diplomatik kepada Rusia atas dukungannya terhadap separatis di timur Ukraina.
Resolusi yang telah diajukan oleh Jepang dan Uni Eropa meminta Dewan Keamanan PBB untuk merujuk Korea Utara ke Mahkamah Pidana Internasional, meskipun diperkirakan Rusia dan Tiongkok dapat memveto langkah tersebut.
Direncanakan Choe juga akan mengunjungi Moskow dan dua kota di Rusia timur jauh, Vladivostok dan Khabarovsk, demikian disebutkan kementerian luar negeri Rusia seperti dilansir oleh AFP. Moskow mengatakan kunjungan itu bertujuan untuk “meningkatkan tingkat dialog politik dan cara mengaktifkan perdagangan dan hubungan ekonomi.”
Rusia Berusaha Memperluas Hubungan dengan Korea Utara
Rusia berusaha untuk memperluas hubungan dengan Korea Utara dan mengincar proyek senilai sekitar US $ 25 miliar (sekitar 300 triliun rupiah) untuk merombak jaringan kereta api negara Stalinis itu sebagai imbalan untuk mendapatkan akses ke sumber daya mineral.
Hubungan Rusia dan Korut telah dekat sejak era Soviet, baru-baru ini bahkan Rusia menghapuskan hutang Korea Utara dan menyatakan akan menargetkan omset perdagangan dengan Pyongyang mencapai US $ 1 miliar (sekitar 12 triliun) pada tahun 2020.
Rusia Pernah Berseberangan dengan Korut
Namun Rusia juga pernah berada berseberangan dengan Korut ketika Rusia meminta Korea Utara untuk tetap mematuhi resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB dan menghentikan program senjata nuklirnya. “Pertama-tama (dalam agenda) adalah program nuklir, atau tepatnya, prospek denuklirisasi semenanjung Korea,” kata wakil menteri luar negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, menurut kantor berita milik pemerintah TASS seperti dilansir oleh AFP.
Sebuah sumber kementerian luar negeri Rusia mengatakan kepada kantor berita Interfax: “Hanya ada solusi politik dan diplomatik Setiap pilihan lain yang penuh dengan risiko konsekuensi bencana bagi situasi di wilayah tersebut..”
Perundingan enam negara pada bantuan-untuk-denuklirisasi yang melibatkan Rusia, Cina, Korea Utara, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang telah terhenti sejak tahun 2009.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: