Minggu lalu saya pergi ke Medan dengan seluruh keluarga kecil saya selama periode qingming. Jika anda yang tidak tahu apa yang dimaksud oleh qing ming sebutan ini lebih dikenal sebagai cheng beng, hal ini merupakan hari untuk mengingat dan menghormati untuk nenek moyang. Biasanya, orang akan pergi ke kuburan mereka yang telah meninggal dunia dan memberikan hormat.
Saya lahir di Medan tetapi saya hanya tahu sedikit tentang kota ini. Orang tua saya pindah ke Jakarta ketika saya masih bayi, tepatnya sejak usia 1 tahun. Saya pernah sekali terbang kembali ketika nenek saya meninggal 15 tahun yang lalu.
Perjalanan inipun singkat, dan meskipun saya hampir tidak punya kenangan masa kanak-kanak atau apa pun tentang kota ini, sangat menyenangkan kalau saya bisa datang mengunjungi dan melihat kota tempat saya dilahirkan. Karena keluarga kami terdiri dari 6 orang, saudara kami di Medan memberikan kami mobil untuk melihat-lihat kota. Ibu dan ayah membawa kami melihat ke rumah pertama mereka, dan dalam perjalanannya, ibu dan ayah berbagi memori cerita dari kampung halaman. Mereka masih secara rutin terbang kembali ke Medan setidaknya setahun sekali, tapi ini kami pertama kalinya seluruh keluarga bersama dengan suami dan adik saya terbang kembali bersama-sama, jadi perjalanan ini terasa berbeda. Sangat manis ketika melihat wajah orang tua saya bahagia ketika mereka tertawa satu sama lain setiap kali mereka melewati jalan tua atau tempat yang dulunya mereka lalui. Tidak ada kenangan masa kanak-kanak, kan?
Jalan Semarang, sebagian besar dikenal sebagai Chinatown nya Medan. Jalan ini berubah menjadi surga makanan di malam hari sampai larut malam. Jajanan kios menjual berbagai kebanggaan Medanese seperti cah kwetiau, penggemar chong, bihun kari, dll, yang siap untuk membuat Anda ngiler, dan ngiler lagi.
Bihun Bebek Apheng
Salah satu martabak terlezat yang ditemukan di ujung jalan Semarang. Lembab, banyak coklat & taburan kacang. Yummy sekali!
Keesokan harinya kami pergi ke salah satu bakmie yang paling terkenal di kota sejak 1932, mie bakmi hock seng. Memilliki beberapa cabang di Medan kami pergi ke satu cabangnya di jalan bangka berharap antrean yang lebih sedikit. Jelas, kami tidak beruntung. Sangat mengesankan melihat bagaimana orang bersedia mengantri cukup lama untuk 1 buah mangkuk mie hokkien yang terkenal ( telur mee dengan seafood dan babi).
Setelah menunggu selama hampir 40 menit, kelaparan dan berkeringat karena panas, kami disajikan dengan porsi mie yang sangat kecil. Enak sekali, tapi sedikit sekali porsinya ! Dan harganya 38k! Sangat mahal untuk satu porsi yang kecil.
Pindah ke makanan yang tidak boleh dilewatkan saat mengunjungi medan …Durian! Durian mereka adalah benar – benar yang terbaik! Tidak dipungkiri kalau durian medan sangat enak. Rasanya lengket, lembab, manis tetapi tidak terlalu manis dengan sedikit pahit. Rasanya sangat sangat enak!
Ada banyak tempat untuk makan durian Medan. Yang paling terkenal mungkin adalah Durian Ucok, tetapi sopir kami membawa kami ke Inang Durian karena buat kami lebih dekat menuju tujuan berikutnya. Bagi saya tidak masalah, karena Anda bisa mendapatkan durian yang lezat di mana saja sepanjang ada di Medan.
Mereka bisa mengantar ke rumahmu / hotel untuk pembelian minimum. Jika anda ingin membawa pulang ke kampung halaman anda, mereka akan membungkusnya dengan segel kotak dan dipastikan tidak akan ada bau durian yang menyengat. Dalam satu kotak besar bisa diisi sekitar 13pcs ( seluruh durian ) dengan biaya 350k.
Anda dapat bertanya dulu harganya, tetapi segala sesuatu di Medan begitu murah. Kami berenam makan 7 buah durian dan biayanya 150k. Sementara di Jakarta satu durian di jalan mangga besar biasanya 50k dan rasanya tidak seenak yang di Medan.
Hanya dengan memandang fotonya saja cukup untuk membuat saya ingin terbang kembali ke Medan. Bagian 2 dari perjalanan ke Medan ini akan saya lanjutkan pada artikel berikutnya.. …
(Ivy/Expert Culinary & Travel)
only1ivy.blogspot.com
Editor : Iin Caratri